dimensi historis
Dimensi Historis
Sejarah atau history merupakan hal penting yang terjadi dalam manusia, semua manusia pasti mengalami yang namanya sejarah. Lalu mengapa sejarah begitu penting? Banyak hal yang dapat dipelajari dari sejarah, bahkan seorang pemimpin besar Ir. Soekarno selalu mengatakan jangan pernah merupakan sejarah (Jasmerah). Sejarah sendiri dapat diartikan sebagai seluruh kejadian yang terjadi di masa lampau.
Theodore Adorno memandang sejarah sebagai mesin neraka (Machine Infernal). Dengan melihat sejarah sebagai mesin neraka Adorno melukiskan pesimisme yang mendalam, kepekaannya terhadap produksi massalkarya – karya budaya, terhadap yang disebutnya sebagai “mesin perbudakan massa” serupa rousseau-isme naif di Perancis.
Menurut filsuf Spanyol Jose Ortega y Gasset ada 2 macam perubahan di dunia. 2 macam perubahan itu pertama, ada yang berubah pada dunia dan yang kedua, dunia itu sendiri yang berubah. Dalam perubahan pertama sesuatu yang berubah di dalam dunia. Aktor – aktor sejarah berubah, namun wajah dunia tetap sama. Sedangkan dalam perubahan yang kedua, wajah dunia yang berubah.
Dalam pandangannya tentang wajah dunia yang berubah Jose mengambil contoh tentang perubahan di Eropa lewat renaisans, perubahan di Eropa itu menyebakan terjadi diskontinuitas dengan masa lalu lewat suatu tahapan krisis. Keyakinan – keyakinan lama tak lagi berlaku dan dapat dipegang sedangkan keyakinan – keyakinan baru belum muncul, terjadi disorientasi sosial dimana orang tidak menghayati hidupnya secara autentik.
Orang menghayati hidupnya sebagai aku yang terbawa arus, aku yang ikut – ikutan, aku yang tak mau bertanggung jawab. Ortega menggambarkan hidup yang kosong itu sebagai vita minima, hidup tanpa keyakinan – keyakinan positif. Tidak autentik atau hidup yang lebih labil.
Hidup adalah memiliki keyakinan – keyakinan, mempercayai sesuatu tentang dunia dan diri sendiri. Kevakuman itu menjadi persemaian keyakinan – keyakinan baru. Muncullah manusia baru yang autentik, the responsible I. Aku yang bertanggung jawab atas masa depan sendiri dan masa depan orang lain. Dunia menjadi baru.
Dua filsuf diatas memberi tanggapan yang berbeda tentang sejarah, Adorno menggambarkan sejarah sebagai mesin neraka sedangkan Jose Ortega lebih pada perubahan – perubahan dari wajah dunia.
Martin Heidegger memiliki pandangan bahwa temporalitas mengadanya manusia adalah dasar bagi historisitas (kesejarahan) manusia. Menurut Heidegger manusia adalah Ada-historis, Ada yang berlangsung dalam sejarah. Waktu historis Ada adalah “peristiwa” aktual yang telah, sedang dan akan berlangsung secara berkelanjutan (history in the making). Sebagai suatu “peristiwa” aktual, waktu historis hanya berlangsung dalam hubungannya dengan mengadanya manusia dan diberi bentuk dan warna oleh manusia.(Abidin Zainal, 166).
Heidegger mengungkapkan pentingnya mengungkap historitas agar bisa menangkap makna eksistensi. Historitas menunjukkan bahwa tiap individu adalah ahli waris dari masa lalu. Namun walaupun manusia terikat dengan masa lalu lantas tidak menjadikan manusia sebagai Ada yang dirantai (dideterminir) oleh masa lalu. Dalam keterikatan itu, terdapat ruang bagi manusia untuk mengambil alih warisan itu dan dengannya manusia membangun manusia masa kini dan merancang bagan untuk orientasi ke masa depan. Kebebasan manusia terletak pada kenyataan bahwa ia mampu menerima masa lalu demi merebut masa depan, sedemikian rupa untuk menuju Adanya sendiri.
Dari pernyataan diatas Heidegger mengungkapkan tentang manusia tidak boleh larut dalam masa lalu, masa lalu tidak boleh menyebabkan manusia tidak berkembang. Masa lalu merupakan batu pijakan untuk membangun masa depan, kita belajar dari masa lalu agar semua kesalahan dalam masa lalu tidak terulang sedangkan sesuatu yang baik kita pertahankan.
Orang yang terkurung dalam masa lalu hanya akan bersikap pesimis pada masa depan, manusia tidak berkembang dan akhirnya tidak terjadi perubahan yang lebih baik dalam dirinya. Sejarah tak dapat diulang namun setiap kejadiannya pasti berpengaruh pada masa depan.
0 komentar:
Posting Komentar